Minggu, 02 November 2014

ALUTSISTA TNI TERBARU

Indonesia memang tengah giat untuk menambah alutsista yang puncaknya di tahun 2014 ini. Hal ini terkait rencana Kemenhan untuk memperkuat posisi militer Indonesia di kancah internasional, terutama Asia Tenggara (Baca "Menhan: Peta Kekuatan Militer Indonesia 2014 Terkuat se-Asia Tenggara").

Melansir dari Analisis, inilah daftar alutsista terbaru yang sudah dan akan dimiliki oleh TNI.



TNI AU
12 Pesawat coin Super Tucano (pesan 16 unit, 4 sudah datang)
16 Jet tempur Golden Eagle (sudah datang semuanya Jan 2014)
8 Jet tempur F16 setara blok 52 (jumlah pesanan 30 F16 upgrade)
5 Pesawat angkut sedang CN295 (pesan 9 unit, 5 sudah diterima thn 2013)
8 Pesawat angkut berat Hercules (pesan 9 unit, 1 sudah diterima thn 2013)
6 Helicopter Cougar
6 UAV Heron
4 Radar Thales
1 Simulator Sukhoi
TNI AL
37 Tank amfibi BMP3F (sudah datang dan diserahkan resmi Jan 2014)
25 Kendaraan amfibi LVTA1 dari Korsel (hibah batch 2)
5 Tank amfibi jenis BTR-4 (Pesanan sebanyak 55 unit)
10 MLRS RM Grad
11 Helikopter anti kapal selam Panther
4 Pesawat intai maritim CN235 MPA
4 Helicopter angkut Bell 412 Ep
3 Kapal perang light fregat “Bung Tomo Class”
3 Kapal perang jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60 m
2 Kapal perang jenis KCR 40 m
3 Kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank)
2 Kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak)
3 Kapal perang jenis patroli cepat
1 Kapal perang jenis latih layar
2 Kapal selam Kilo
2 Kapal hydrografi
TNI AD
103 MBT Leopard II
50 Tank Marder
38 Howitzer Digital Caesar Nexter
36 MLRS Astross II Mk6
900 Truk angkut pasukan
800 Rantis
80 Panser Anoa
5 Battery Rudal Starstreak
5 Battery Rudal Mistral
180 Rudal Anti Tank Javelin
150 Rudal Anti Tank Nlaw
20 Helikopter Bell 412Ep (6 sudah diserahkan)
16 Helikopter Fennec
6 Helikopter Mi17

Berikut yang dalam proses pembuatan dan dalam proses pengadaan.

Proses Pembuatan
3 kapal selam Changbogo di Korsel
2 kapal perang jenis PKR di Belanda (opsi sampai 10 unit)
8 Helicopter Apache
1 kapal latih layar buatan Spanyol (pengganti Dewaruci)
Proses Pengadaan
16 jet tempur Sukhoi SU35
6 kapal selam Kilo
12 Helikopter Blackhawk

Berikut MEF 2 (2015-2019)

Proses Pembuatan
Pengadaan satelit militer · Penerapan Kogabwilhan
Pemenuhan alutsista 3 Divisi Marinir
Pemenuhan alutsista 3 Divisi Kostrad
Pengadaan sistem jaringan pertahanan udara strategis
Pengadaan peluru kendali SAM jarak sedang
Pengadaan peluru kendali SAM jarak pendek
Pembelian 2-3 kapal perang jenis Destroyer
Pembelian 5-6 kapal perang jenis Fregat
Pengadaan 2 kapal perang jenis LPD atau LHD
Lanjutan Proyek PKR 10514 dengan 4 opsi kapal perang
Lanjutan Proyek KCR 60 m dengan opsi 6 kapal perang
Lanjutan Proyek KCR 40 m dengan opsi 6 kapal perang
Penyelesaian 3 kapal selam Changbogo
Kedatangan 6 kapal selam Kilo
Kedatangan 1 skuadron jet tempur Sukhoi SU35
Penambahan 1 skuadron jet tempur (Gripen, Rafale, Typhoon)
Produksi bersama peluru kendali anti kapal C705
Pengembangan varian peluru kendali C705
Pengembangan Roket Rhan jarak tembak 100 km
Pembelian 7 pesawat CN295 batch 2
Pembelian 3 pesawat AEW
Pembelian 2 pesawai intai strategis
Pembelian 200 MBT (Main Battle Tank)
Produksi 100 Tank medium Pindad
Pembelian MLRS Astross batch 2
Pembelian 100 Panser Anoa Canon
Pembelian 100 Tank amfibi BMP3F

SEJARAH KAVALERI INDONESIA

 




 SEJARAH KAVALERI INDONESIA

 Embrio Kavaleri Angkatan Darat mulai timbul selama perang kemerdekaan. Pertempuran di Surabaya pada bulan Nopember 1945 yang melibatkan beberapa pemuda Indonesia diantaranya pemuda Soebiantoro yang dikemudian hari menjabat sebagai Danpussenkav.  Pada saat itu para pejuang telah menggunakan beberapa Ranpur Panser hasil rampasan dari Jepang,    Belanda dan  Inggris untuk melawan tentara Sekutu.
     Kendaraan tempur hasil rampasan tersebut telah digunakan di beberapa daerah antara lain pada akhir Desember 1949 di Palembang dan awal tahun 1950 di Pulau Jawa dan  Medan. Didorong oleh semangat, tekad dan cita-cita yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan, meskipun hanya menggunakan alat peralatan yang serba terbatas, para pemuda menggabungkan Ranpur hasil rampasan perang untuk membentuk organisasi satuan berlapis baja.
     Selanjutnya pimpinan Angkatan Darat pada saat itu mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan organisasi satuan lapis baja, dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat nomor  : 5 / KSAD / Pntp / 50 tanggal  9   Pebruari  1950  tentang pembentukan satuan Berlapis Baja. Oleh karena itu maka pada tanggal 9 Pebruari 1950 ditetapkan sebagai hari jadi Kavaleri.

PERKEMBANGAN ORGANISASI KAVALERI
 Periode 1950 - 1955.     
     Proses awal pembentukan Kavaleri diawal tahun 1950, satuan Kavaleri dibentuk dengan nama Komando Pasukan Berlapis Baja dibawah pimpinan Letkol Kav KGPH Soerjo Soejarso membawahi 4 eskadron Kavaleri di Bandung, Magelang, Palembang dan Medan. Eskadron Kavaleri tersebut dilengkapi dengan alat tempur utama kendaraan-kendaraan tempur ex KNIL berupa Ford Link, Humber Scout, Otter Body Car, Universal Carrier dan Stuart.
      Pada tanggal 21 April 1952 ditetapkan berdirinya Inspektorat Kavaleri yang mengalami perkembangan pada tahun 1954 dengan pembentukan 7 Eskadron Kavaleri sebagai berikut :
  1. Inspektorat Kavaleri di Bandung.
  2. Pusat pendidikan Kavaleri di Bandung.
  3. Eskadron Kavaleri 1 di Padalarang di bawah Panglima TT  III / Siliwangi.
  4. Eskadron Kavaleri III di Magelang di bawah Panglima TT  IV / Diponegoro
  5. Eskadron Kavaleri IV di Palembang di bawah   Panglima TT  II / Sriwijaya.
  6. Eskadron Kavaleri V di Medan dibawah Pimpinan TT I / Bukit  Barisan.
  7. Eskadron Kavaleri A di Malang di bawah Panglima TT V /  Brawijaya.
  8. Eskadron Kavaleri B di Bandung di bawah Panglima TT III / Siliwangi.
  9. Eskadron Kavaleri Berkuda di Parongpong.
     Dengan peralatan yang terbatas, namun dengan semangat yang tinggi satuan Kavaleri Angkatan Darat terlibat dalam operasi menumpas pemberontakan di daerah-daerah,  antara lain :
  1. Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen Jawa Tengah.
  2. Merapi Merbabu Compleks (MMC) di Jawa Tengah.
  3. Republik Maluku selatan (RMS) di Maluku.
  4. DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh dan Sulawesi Selatan.
  5. PRRI/Permesta di Sumbar dan Sulut.
     Pada tanggal 7 Juni 1956 diadakan perubahan organisasi dari Inspektorat Kavaleri menjadi Pusat Kavaleri sesuai dengan Surat Keputusan Kasad    nomor : Kpts/78/6/1956 tanggal 7 Juni 1956.
 Periode 1958 - 1965.  
     Pada periode ini terjadi perubahan  organisasi di lingkungan   TNI AD termasuk Kesenjataan Kavaleri dimana Pusat Kavaleri dirubah menjadi Pusat Kesenjataan Kavaleri sesuai  dengan  Surat  Keputusan    Men  /  Pangad   nomor :  Kpts  / 1588 / 11 /  1962   tanggal  16 Nopember 1962. 
Demikian pula Eskadron Kavaleri divalidasi menjadi Batalyon Kavaleri yaitu :
    1. Eskadron Kavaleri 1 menjadi   Batalyon  Kavaleri I di  Padalarang.
    2. Eskadron Kavaleri  “ B ” menjadi Batalyon Kavaleri  4  di Bandung.
    3. Eskadron Kavaleri IV menjadi  Batalyon  Kavaleri di  5  di  Palembang.
    4. Eskadron Kavaleri  Berkuda  menjadi  Resimen  Kavaleri  Berkuda.
Disamping itu juga diadakan pembentukan  2 Batalyon baru yaitu Yonkav-7/Sersus dan Yonkav-8 / Tank kemudian Yonkav-9/ Penyerbu dan Denkav Ujung Pandang sebagai embrio untuk pembentukan Batalyon Kavaleri 10.
 Periode 1965-1980.
     Satuan-satuan Kavaleri banyak yang dilibatkan dalam penumpasan pemberontakan G.30.S / PKI.
  1. Brigade Kavaleri 1/Limpung Alugoro dibawah pimpinan Letkol Kav R. Wing Wiryawan  bergerak dari Bandung ke Jakarta dan Jawa Tengah untuk  menyelamatkan Ibukota dan wilayah lainnya dari   pemberontakan.
  2. Yonkav-2/Serbu di Magelang telah berhasil menguasai kota Semarang dari tangan pemberontak.
  3. Yonkav-3/Serbu di Malang berhasil   menguasai daerah Blitar Selatan yang dijadikan basis pemberontakan PKI.
     Di bidang organisasi dalam periode ini merupakan periode pemantapan dalam rangka mendukung konsep pengembangan kekuatan Kavaleri Angkatan Darat. Di bawah pimpinan Brigjen TNI R.B. Soewito dicanangkan gagasan pengembangan Kavaleri yang dikenal dengan proyek “Giling Wesi” antara lain dengan dibentuknya Yonkav 10 Dam XIV/Hasanuddin pada tahun 1975.
 Periode 1980-1990.
     Periode ini ditandai dengan adanya proyek Beta yaitu pengadaan Ranpur antara lain AMX-13/105 sebanyak 100 unit untuk menggantikan Ranpur AMX-13/75 Kostrad dan direncanakan untuk pengisian Batalyon Kavaleri Kewilayahan. Pada saat itu Pusat Kavaleri di bawah pimpinan Brigjen TNI Haryono P. (Alm).  Pada periode itu pula Brigkav / Kostrad tepatnya pada tahun 1985 telah dilikuidasi berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor : Skep/ 220 / III/1985 tanggal 18 Maret 1985 dan unsur manuvernya dimasukkan ke Divisi Kostrad dan Kodam Jaya. 
  1. Yonkav 1/Tank menjadi organik Divif 1/ Kostrad.
  2. Yonkav 8/Tank menjadi organik  Divif 2/ Kostrad.
  3. Yonkav 9/Penyerbu menjadi  organik  Brigif 1/JS Kodam  Jaya.
     Berdasarkan Skep kasad nomor : Skep/26a/V/1985 tanggal     27 Mei 1985, Pusat Kavaleri (Puskav) direorganisasi menjadi Pusat   Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) yang semula dibawah Kobangdiklat menjadi Badan pelaksana Pusat Pembina teknis Kecabangan langsung dibawah Kasad.   Demikian juga Pasinkavkud divalidasi menjadi Sekavkud  di bawah Pusdikkav. Pada periode ini pula pada tahun 1984 dilakukan pengadaan Ranpur Co. Scout dan Co. Ranger dari Amerika Serikat.
Periode 1990-2001.
a.   Bidang materiil. Pada periode ini dilakukan proses memperpanjang usia Ranpur aset lama (konservasi) melalui rekondisi, repowering ataupun retrofitting.  Pada tahun 1995-1997, dilakukan pengadaan Ranpur Tank Scorpion dan Stormer dari Inggris serta Panser VAB-NG dan juga Ranpur Panser Panhard VBL dari Perancis.
b.       Bidang Organisasi.
    • Pengembangan organisasi di lakukan dengan pembentukan 2 Denkav di Kodam VI/Tanjungpura dan 1 embrio Denkav di Kodam XVII/Trikora yang dilengkapi dengan Ranpur BTR, Saladin dan Ferret hasil repowering yaitu :
      1. Denkav - 1 Dam VI /Tpr dibentuk pada bulan September 1996.
      2. Denkav - 2 Dam VI / Tpr dibentuk pada bulan  Maret 1997.
      3. Embrio Denkav - 3 Dam XVII/ Tkr dibentuk pada bulan September 1997.
    • Berdasarkan keputusan Kasad nomor : Kep/7/V/2000 tanggal 26 Mei 2000 Yonkav Serbu di Validasi menjadi Yonkav Tank dan Kikavser BS dan Keputusan Kasad    nomor :   Kep / 8 / V / 2000 Yonkav-7/Sersus di Validasi menjadi Yonkavser, realisasinya menunggu kebijaksanaan lebih lanjut.
    • Berdasarkan Keputusan Kasad nomor : Kep /21/VI/ 1999 tanggal 18 Juni 1999. Struktur organisasi Pusdikkav yang semula dibawah Pussenkav beralih Komando dibawah Kodiklat Angkatan Darat. Dampak dari perubahan tersebut, Sekavkud tidak lagi berada dibawah Pusdikkav sehingga dimasukkan kedalam struktur organisasi Pussenkav dengan nama Denkavkud sesuai Keputusan Kasad nomor : Kep/9/  V/2000 tanggal  26 Mei 2000.
    • Berdasarkan Skep Kasad nomor : Skep/ 1/I/2001 tanggal 16 Januari 2001 Tonkavsus Paspamvip Dam IX / Udy divalidasi menjadi Kikavser Denkav-4 Dam IX/Udy.
Periode 2001-2007.
a.     Bidang materiil.     Pada periode ini dilakukan proses penataan Ranpur ke Satuan-satuan Kavaleri dalam pulau Jawa sebanyak 130 unit dan pengadaan 32 unit Panser VAB-NG buatan Perancis untuk penugasan pasukan penjaga perdamaian Garuda XXIII-A / UNIFIL di Libanon.
b.       Bidang Organisasi.
    • Berdasarkan Surat Perintah Kasad nomor : Sprin/1600/X/2004 tanggal 4 Oktober 2004 struktur organisasi Pussenkav yang semula dibawah Mabesad beralih Komando dibawah Kodiklat TNI AD.  Pusdikkav yang semula dibawah Kodiklat TNI AD beralih Komando dibawah Pussenkav.
    • Berdasarkan Surat Keputusan Kasad nomor : Skep/374/X/2005       tanggal 24 Oktober 2005 tentang penyesuaian organisasi dan tugas Yonkav Serbu dan alih Kodal Kikavser jajaran Kodam III/Slw, Kodam IV/Dip dan Kodam V/Brw maka  : 
      1. Yonkav-2/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-2/Tank dan Kikavser-2/BS.
      2. Yonkav-3/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-3/Tank dan Kikavser-3/BS.
      3.  Yonkav-4/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-4/Tank dan Kikavser-4/BS.
    • Pengembangan Organisasi dilakukan dengan pembentukan 1 Yonkav, 2 Denkav dan 2 Kikavser  yaitu : 
      1. Denkav-5 Dam XVI / PTM  dibentuk pada bulan Pebruari 2005.
      2. Yonkav-11 Dam IM dibentuk pada bulan  Mei  2005.
      3.  Denkav-3 Dam XVII/TKR  pada bulan Oktober 2005.
      4.  Kikavser Dam I/BB Pekanbaru pada bulan Juli 2006.
      5.  Kikavser Dam VII/WRB Manado pada bulan Juli 2006.
Periode tahun 2007 – 2011.
     Pada periode tahun 2007, Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) PT. Pindad diberikan otoritas untuk memproduksi Alutsista Ranpur dengan mengadopsi jenis Ranpur VAB yang telah dimiliki. Pada tahun 2009, PT. Pindad telah berhasil membuat Ranpur jenis Panser yang kemudian diberi nama Ranpur APS Anoa (6x6) yang didistribusikan kepada TNI AD melalui beberapa tahap. Sampai dengan saat ini Kavaleri TNI AD telah memiliki Ranpur Panser APS Anoa (6x6) sejumlah 39 unit dengan teknologi yang cukup modern.
Periode tahun 2011 – Sekarang.
      Berdasarkan kebijakan pimpinan TNI AD TA.2011 tentang program modernisasi Alutsista bagi satuan TNI AD, maka pembelian Tank MBT Leopard direncanakan akan memperkuat  Alutsista Kavaleri TNI AD. Pada tanggal  30 Januari s.d 4 Februari 2012 Wakasad selaku pimpinan Tim dari delegasi Indonesia bersama Danpussenkav Kodiklat TNI AD Brigjen TNI Purwadi Mukson S.IP, melaksanakan kunjungan ke Negara Belanda dalam rangka proses negosiasi dan pengecekan kondisi Ranpur Tank MBT Leopard yang ditawarkan oleh Pemerintah Negara Belanda.
     Pada  tanggal 3 s.d 7 Juli 2012 dilaksanakan peninjauan langsung ke Negara Principal (Jerman)  oleh Wakasad dan Danpussenkav Kodiklat TNI AD guna melakukan penawaran Ranpur MBT Leopard 2 dari Krauss Maffei Wegman GmbH (KMW) dan Rheinmetall Landsysteme GmbH (Rheinmetall).
     Pada tanggal 26 Juli 2012 Kasad memutuskan  pembelian Tank MBT Leopard 2 RI dari Jerman dan klarifikasi langsung kepada pihak Rheinmetall Landsysteme GmbH. Adapun jenis-jenis Tank yang akan dibeli adalah Leopard 2 RI sejumlah 61 unit, MBT Leopard 2A4 sejumlah 42 unit, Tank Recovery Buffalo ARV3 sejumlah 4 unit, Tank AVLB Biber sejumlah 3 unit, Tank Engineering AEV Dachs sejumlah 3 unit, Driver Trg Tank Leopard 2 sejumlah 1 unit, Tank KO, Tank Logistic, Tank APC, Tank Ambulance dan Tank Komob (Tank Marder) sejumlah 50 unit, Tank Transforter sejumlah 2 unit dan Tank Instruction (Training) sejumlah 1 unit.
     Selain itu program modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD juga dilakukan dengan pengadaan Ranpur ”TARANTULA” Panser Kanon buatan Korea sejumlah  22 unit yang dilengkapi dengan Turret CSE90 dan Senjata Kanon 90 mm MK3M-A1 Cockerill.


 PERKEMBANGAN ALUTSISTA KAVALERI TERBARU 

Modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD

Guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD, tidak ada cara lain kecuali melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki teknologi kelas dunia.
 Meningkatkan Kemampuan Tri Daya Cakti

Oleh : Brigadir Jenderal TNI Purwadi Mukson, S.IP (Danpussenkav)

Sebagai salah satu kecabangan pokok TNI AD, satuan Kavaleri memiliki tugas pokok menyelenggarakan pertempuran darat dengan menggunakan kendaraan tempur dan atau kuda militer sebagai peralatan utamanya yang bercirikan Tri Daya Cakti (Tiga Kekuatan Ampuh) yaitu Daya Tembak (Fire Power), Daya Gerak (Mobility), dan Daya Kejut (Perpaduan daya tembak dan daya gerak).

Sejalan dengan penggunaan Alutsista berteknologi tinggi, Pussenkav dalam mendukung kepentingan strategis pertahanan senantiasa berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sistem senjata satuan Kavaleri negara-negara maju termasuk yang dimiliki oleh negara tetangga, serta berupaya menciptakan keseimbangan daya tempur relatif yang salah satunya dengan menyusun Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya, sebagaimana yang disampaikan Presiden SBY dalam Keynote Speech dan acara seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Oleh karena itu, modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan kebutuhan mutlak dan mendesak untuk menambah kekuatan pokok minimalnya dengan tidak mengurangi kemampuan Tri Daya Cakti yang sudah melekat sejak dulu.
 Latar Belakang

Saat ini kekuatan Ranpur Kavaleri TNI AD masih jauh dari yang diharapkan dihadapkan pada tantangan tugas yang diemban satuan Kavaleri. Pada umumnya Ranpur yang dimiliki satuan Kavaleri merupakan tipe tank ringan (light tank). Bila dibandingkan dengan Ranpur yang dimiliki beberapa negara di kawasan Asia tenggara sebagaimana peta kekuatan tersebut di bawah ini, maka imbangan daya tempur relatif (kesetaraan) Satuan Kavaleri TNI AD jauh di bawah rata-rata negara-negara di Asia Tenggara.

Dari gambaran varian tersebut di atas, maka harus jujur diakui bahwa implementasi Doktrin Kavaleri TNI AD yang dijabarkan kedalam fungsi utama satuan Kavaleri TNI AD yaitu melaksanakan fungsi penggempur dan fungsi pengamanan belum mampu dilaksanakan secara optimal. Mengingat untuk mampu melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), maka spesifikasi Ranpur yang dibutuhkan adalah yang mampu menghancurkan tank lawan dengan senjata utamanya kanon kaliber besar > 105 mm yang hanya di miliki oleh ranpur kelas sedang dan berat, sementara Ranpur Kavaleri TNI AD saat ini hanya type tank ringan. Demikian pula untuk melaksanakan fungsi pengamanan, disamping dibutuhkan Ranpur kelas ringan untuk tugas-tugas pengamanan tetap dibutuhkan Ranpur kanon dari kelas sedang dengan kaliber 90 mm atau 105 mm.


Imbangan daya tempur Satuan Kavaleri TNI AD dengan negara tetangga

Dengan demikian parameter kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri baik sejak dulu dan untuk kedepan sangat dipengaruhi oleh kondisi Alutsista yang akan mengisi organisasi satuan kavaleri TNI AD sesuai fungsi utama sebagai fungsi penggempur dan sebagai fungsi pengamanan. Oleh karenanya ke-bijaksanaan modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan hal yang tepat dengan memenuhi kebutuhan TNI AD dengan Ranpur kelas berat, sehingga kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri TNI AD menjadi setara dengan Ranpur Kavaleri negara-negara tetangga.
 Babak Baru Sistem Pertahanan Matra Darat
Pengadaan Alutsista TNI AD merupakan babak baru sistem pertahanan matra darat di Indonesia sejalan dengan perkembangan teknologi sistem persenjataan yang dimiliki oleh negara-negara di dunia dengan didukung oleh kondisi perekonomian Indonesia yang semakin baik. Pengadaan Alutsista TNI AD termasuk tank kelas berat untuk satuan Kavaleri TNI AD bukan dimaksudkan dalam konteks “balancing of power” tetapi untuk mendapatkan kesetaraan dalam diplomasi militer.

MBT Leopard 2A6 yang direncanakan akan mengisi Satkav TNI AD kedepan

Pertimbangan strategis lainnya bahwa dengan diakuisisinya Ranpur MBT, jelas akan meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD dalam menjalankan doktrin “tank lawan tank” dimana dengan kanon kaliber 120 mm akan memiliki kemampuan daya gempur (fire power) yang sangat dahsyat didukung oleh kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan aspek daya kejut yang dahsyat pula. Dapat mengembangkan taktik dan strategi baru baik untuk menyerang maupun bertahan serta mampu meningkatkan kemampuan daya tangkal (deterent effect). Disisi lain dengan dimilikinya Ranpur kelas MBT akan meningkatkan moral prajurit terutama apabila terjadi perang dan meningkatkan daya gentar bagi pihak lawan.
 Pengadaan Tank Leopard bagi TNI AD

Untuk melengkapi tulisan ini diinformasikan pentingnya Satuan Kavaleri TNI AD memiliki Ranpur Kelas MBT (Main Battle Tank) yang merupakan bagian dari modernisasi Alutsista TNI AD. Ranpur MBT yang mempunyai persenjataan utama Kanon kaliber 120 - 125 mm, dilengkapi senjata pendukung Coaxial 12,7 mm serta dapat dilengkapi dengan Rudal ATGM (Anti Tank Laser Guided Missile), sistem penembakan telah dilengkapi dengan LRF (Laser Range Finder) yang dapat melihat siang dan malam (thermal system), dilengkapi stabilizer sehingga mampu menembak dalam posisi bergerak (moving) serta memiliki daya akurasi yang maksimal. Kemampuan lindung lapis baja mampu menahan tembakan senjata kanon 40 mm yang tidak dimiliki oleh Ranpur tank kelas medium maupun tank ringan.

Sehubungan rencana Ke-menterian Pertahanan akan dilengkapinya Satuan Kavaleri TNI AD dengan tank sekelas MBT (Tank Leopard), banyak pengamat militer bahkan para senior dari Purnawirawan yang mengomentari bahwa penggunaan Ranpur Kelas Berat merupakan kebijaksanaan yang keliru serta tidak cocok dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia, yang lebih cocok adalah tank kelas ringan. Pendapat-pendapat tersebut kurang tepat, mengingat beberapa negara tetangga yang kondisi geografisnya sama dengan Indonesia saat ini juga menggunakan MBT apalagi prasarana infrastruktur Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum tahun 80-an.
Penggolongan Ranpur TNI AD dibagi kedalam 3 Kelas : kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat
Dikarenakan Indonesia merupakan Negara Kepulauan, maka para senior kavaleri jauh sebelumnya telah membagi Type Ranpur menjadi 3 (tiga) kelas yaitu kelas ringan, sedang/medium dan berat.

Adapun keraguan bahwa kontur tanah di Indonesia tidak mampu menahan beban Tank Leopard yang memiliki bobot tempur 62,5 Ton, bukanlah pendapat yang dapat dibenarkan. Mengingat bahwa tank bergerak menggunakan roda rantai (track) yang sudah didesain sedemikian rupa didukung oleh kemampuan mesin yang sudah diperhitungkan, sehingga tidaklah aneh apabila tank tetap mampu bergerak lincah sekalipun di medan berlumpur. Penghitungan tersebut dapat diukur dengan mengunakan Ilmu Fisika terkait perhitungan beban/tekanan jejak yang dikenal dengan istilah “ground pressure”.

MBT Leopard 2A6 mampu melintasi tanah yang lembek dan berlumpur

Sebagai perbandingan Tank Leopard 2A6 dengan bobot 62,5 Ton tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² (sekitar 14,1 Psi), sedangkan Toyota Kijang dengan bobot 1,650 Ton ternyata tekanan jejaknya 2.331 kg/cm² (sekitar 33,1 Psi).

Namun demikian bukan berarti MBT sekalipun sekelas Leopard 2A6 sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sukar. Kemungkinan tersebut tetap ada, tentunya sudah diperhitungkan meskipun dioperasionalkan oleh pengemudi Ranpur yang andal sekalipun. Guna mengatasi medan-medan sukar termasuk kemampuan jembatan yang disebabkan karena konstruksi yang meragukan, maka dilengkapi dengan Ranpur pendukung seperti Ranpur recovery (Armored Recovery Vehicle) dan Ranpur Jembatan/AVLB (Armoured Vehicle Launching Bridge).
 Mengapa Tank Leopard-2 menjadi pilihan Kavaleri TNI AD
Disamping track record yang telah teruji di medan perang (battle proven), Tank Leopard-2 buatan Jerman merupakan MBT yang paling banyak digunakan oleh negara-negara di dunia (18 negara). Hal lain yang menjadi dasar perhitungan disamping harganya murah adalah adanya jaminan dan kemudahan-kemudahan yang tidak mengikat. Dengan demikian penggunaan untuk jangka panjang tidak menjadi hambatan seperti jaminan suku cadang, proses ToT (Transfer of Tecnology) dalam rangka membantu BUMNIP maupun BUMNIS serta pelatihan-pelatihan.

Mengakhiri tulisan ini dapat disimpulkan bahwa guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD adalah tidak ada cara lain yaitu melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki teknologi kelas dunia. Pemilihan MBT Leopard-2A6 buatan Jerman merupakan pilihan yang tepat baik dalam rangka meningkatkan imbangan daya tempur relatif sekaligus mempercepat proses kemandirian industri strategis. Selamat datang MBT di jajaran Satuan Kavaleri TNI AD ”Jaya dimasa perang berguna dimasa damai”.

 

 

SEJARAH AKADEMI MILITER

 
Sejarah Akademi Militer (Akmil) bermula dari didirikannya Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober 1945, atas perintah Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat, Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo. Pada tahun 1950, MA Yogyakarta setelah meluluskan dua angkatan, karena alasan tehnis, ditutup untuk sementara dan taruna angkatan ketiga menyelesaikan pendidikannya di KMA Breda, Nederland. Pada kurun waktu yang sama diberbagai tempat lain (Malang, Mojoangung, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, Prapat) didirikan Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan TNI AD / ABRI pada waktu itu.
Pada tanggal 1 Januari 1951 di Bandung didirikan SPGi AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat), dan pada tanggal 23 September 1956 berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Sementara itu pula pada tanggal 13 Januari 1951 didirikan pula P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung. Mengingat pada saat itu banyak sekolah perwira TNI AD, maka muncul gagasan dari pimpinan TNI AD untuk mendirikan suatu Akademi Militer, gagasan ini pertama kali dimunculkan pada sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan pada tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, maka pada tanggal 11 Nopember 1957 pukul 11.00 Presiden RI Ir Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta dan taruna masukan tahun 1957 ini dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4.
Pada tahun 1961 Akademi Militer Nasional Magelang di integrasikan dengan ATEKAD Bandung dengan nama Akademi Militer Nasional dan berkedudukan di Magelang.
Mengingat pada saat itu masing-masing angkatan (AD, AL, AU dan Polri) memiliki Akademi, maka pada tanggal 16 Desember 1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Sesuai dengan tuntutan tugas, maka pada tanggal 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri Bagian Umum dan Akabri bagian Darat. Akabri Bagian Umum mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka, sedangkan Akabri bagian Darat mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV. Pada tanggal 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat.
Dalam rangka reorganisasi di lingkungan ABRI, maka pada tanggal 14 Juni 1984 Akabri Bagian Darat berubah namanya menjadi Akmil (Akademi Militer).
Pada tanggal 1 April 1999 secara resmi Polri terpisah dari tiga angkatan lainnya, dan ABRI berubah menjadi TNI. Sejak itu pula Akademi Kepolisian terpisah dari AKABRI. Kemudian AKABRI berubah namanya menjadi Akademi TNI yang terdiri dari AKMIL, AAL, AAU.
Berdasarkan Perpang Nomor :Perpang/ 28/ V/ 2008 tanggal 12 Mei 2008 Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka dan Integratif Akademi TNI pola 12 bulan langsung dibawah Mako Akademi TNI. Kemudian AKMIL menyelenggarakan pendidikan khusus Taruna Angkatan Darat tingkat II, III dan IV
VISI DAN MISI AKADEMI MILITER

1. Visi :

Melahirkan Perwira yang memiliki karakter, berpengetahuan global, berwawasan kebangsaan dan profesional serta dicintai rakyat.
2. Misi

a.    Membentuk Taruna menjadi Perwira yang memiliki karakter, sikap dan perilaku sebagai prajurit Saptamarga.
b.    Membekali Taruna dengan pengetahuan dan keterampilan dasar keprajuritan yang berkemampuan intelektual setingkat akademi/ perguruan tinggi.
c.    Membentuk Taruna yang memiliki kesemaptaan jasmani yang prima.



KURIKULUM PENDIDIKAN AKADEMI MILITER


PERATURAN KASAD

Nomor  :  Perkasad 8 / V / 2009 tanggal 19 Mei 2009

 
  1. KODE KURIKULUM             : Nomor : 00 - A1 - AKMIL - 2009.

  1. WAKTU OPERASIONAL  KURIKULUM        : 4 tahun  (Taruna Akmil)
  1. Taruna Akademi TNI ( Candradimuka ) :
1 tahun (2 semester) :   52 SKS
  1. Taruna Akmil                                     :
3 tahun (6 semester) : 144 SKS
 
  1. TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN : Pendidikan dilaksanakan sebagai berikut :
  1. Taruna Akmil di Akmil Magelang.
  2. Sesarcab di Pusdik Jajaran Kodiklat TNI AD.

  1. TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan Akademi Militer bertujuan untuk membentuk Taruna Akademi Militer menjadi Perwira TNI AD yang memiliki sikap dan perilaku sebagai prajurit Saptamarga, pengetahuan dan keterampilan dasar golongan Perwira, berkualifikasi akademis Program Diploma IV ( D IV ) Pertahanan serta jasmani yang samapta.

  1. KEMAMPUAN KELUARAN PENDIDIKAN
  1. Memiliki kemampuan dalam menghayati dan mengimplementasikan integritas kepribadian sebagai Prajurit Saptamarga.
  2. Memiliki kemampuan memimpin dan membina satuan serta mampu melaksanakan tugas staf secara terbatas pada kecabangan masing-masing.
  3. Memiliki kemampuan melaksanakan dasar taktik dan teknik militer serta mampu memelihara kondisi jasmani yang samapta.
  4. Memiliki kemampuan mengembangkan IPTEK militer dan umum didukung wawasan kebangsaan yang luas dan wawasan akademik.
  5. Memiliki kompetensi untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai profesi dalam rangka melaksanakan tugas untuk kepentingan pertahanan negara.
 
  1. TUGAS - TUGAS KELUARAN  PENDIDIKAN.
Melaksanakan tugas sebagai Komandan Peleton atau setingkat pada jabatan golongan VIII kecabangan masing-masing.
Mengimplementasikan kemampuan akademik Sarjana Sains Terapan Pertahanan guna mendukung tugas TNI AD dalam pertahanan negara matra darat.
 
  1. SASARAN YANG INGIN DICAPAI.
  1. Bidang Pengembangan Kepribadian.
  1. Menjadi Warga Negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara.
  2. Memiliki keyakinan yang kuat terhadap ideologi Pancasila sebagai satu-satunya ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  3. Memahami, menghayati dan mengaplikasikan tentang keharusan dan larangan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, yang rela berkorban demi bangsa dan negara dalam melaksanakan pertahanan negara.
  4. Memiliki integritas kepribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan bidang keahliannya.
  5. Memiliki loyalitas, ketaatan dan kepatuhan kepada atasan, serta mendahulukan tugas diatas segala-galanya.
  6. Memiliki keteguhan, keberanian, ketabahan, keteladanan dalam sikap prilaku dalam melaksanakan tugas berdasarkan hukum serta perundang-undangan yang berlaku.
  7. Peka terhadap permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan Kemanunggalan TNI - Rakyat.
  8. Memiliki keberanian  memerintah, menegor dan mengoreksi kesalahan anak buah.

  1. Bidang Pengetahuan dan Keterampilan.
  1. Bidang Pengetahuan.
  1. Memiliki  pengetahuan di bidang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan di bidang teknik dan taktik bertempur.
  2. Memiliki pengetahuan di bidang kepelatihan dan keguruan secara terbatas.
  3. Memiliki pengetahuan  militer umum bidang mental ideologi, kejuangan dan kepemimpinan.
  4. Memiliki pengetahuan di bidang persenjataan dan peraturan militer dasar.
  5. Memiliki pengetahuan bidang intelijen dan teritorial terbatas.
  6. Memiliki pengetahuan dasar teknologi dan dasar strategi yang menunjang langsung kebutuhan profesi maupun bekal dalam pengembangan diri.
  7. Memiliki pengetahuan untuk memahami, menganalisis dan menyelesaikan permasalahan bidang pertahanan, serta melaksanakan analisa secara kualitatif dan kuantitatif serta penalaran yang kuat dan berpikir mandiri.
  8. Memiliki pengetahuan dasar yang baik di bidang bahasa.
  9. Memiliki pengetahuan dasar di bidang  ilmu pengetahuan dan teknologi bidang sosial  dan humaniora.
  10. Memiliki pengetahuan kecabangan, yang mendukung tugas-tugas sebagai Danton atau setingkat.
  11. Memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu kesarjanaan bidang pertahanan negara.
  12. Memiliki pengetahuan pembinaan jasmani dan kemampuan menerapkan pembinaan jasmani secara benar di satuan.
  13. Memiliki kondisi jasmani yang samapta (postur prajurit, kesegaran jasmani dan ketangkasan jasmani), sehingga mewujudkan kewibawaan lahiriah  sebagai Perwira TNI AD.

  1. Bidang Keterampilan.
  1. Memiliki  keterampilan di bidang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan di bidang teknik dan taktik bertempur.
  2. Memiliki keterampilan di bidang kepelatihan dan keguruan secara terbatas.
  3. Memiliki keterampilan di bidang persenjataan dan peraturan militer dasar.
  4. Memiliki keterampilan untuk memahami, menganalisis dan menyelesaikan permasalahan bidang pertahanan serta melaksanakan analisa secara kualitatif dan kuantitatif serta penalaran      yang kuat dan berpikir mandiri.
  5. Memiliki keterampilan dasar yang baik di bidang bahasa.
  6. Memiliki kompetensi keterampilan sesuai disiplin ilmu kesarjanaan bidang pertahanan negara.

  1. Bidang Profesi. Sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan program studi antara lain :
  1. Program Studi Manajemen Pertahanan.
  1. Memiliki kemampuan dasar Manajemen Pertahanan sesuai dengan perannya dalam penugasan di lapangan.
  2. Mampu melaksanakan tugas profesi di lapangan sebagai Komandan Peleton atau setingkat.
  3. Memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan militer taktik, militer umum, dasar IPTEK dan memiliki pengetahuan profesi Manajemen Pertahanan untuk pengembangan karier sebagai kader pemimpin.

  1. Program Studi Teknik Sipil Pertahanan.
  1. Memiliki kemampuan dasar Teknik Sipil Pertahanan sesuai dengan perannya dalam penugasan di lapangan
  2. Mampu melaksanakan tugas profesi di lapangan sebagai seorang Komandan Peleton atau setingkat.
  3. Memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan militer taktik, militer umum, dasar IPTEK dan memiliki pengetahuan profesi Teknik Sipil Pertahanan untuk pengembangan karier sebagai kader pemimpin.

  1. Program Studi Teknik Mesin Pertahanan.
  1. Memiliki kemampuan dasar Teknik Mesin Pertahanan sesuai dengan perannya dalam penugasan di lapangan.
  2. Mampu melaksanakan tugas profesi di lapangan sebagai seorang Komandan Peleton atau setingkat.
  3. Memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan militer taktik, militer umum, dasar IPTEK dan memiliki pengetahuan profesi Teknik Mesin Pertahanan untuk pengembangan karier sebagai kader pemimpin.

  1. Program Studi Teknik Elektro Pertahanan.
  1. Memiliki kemampuan dasar Teknik Elektro Pertahanan sesuai dengan perannya dalam penugasan di lapangan.
  2. Mampu melaksanakan tugas profesi di lapangan sebagai seorang Komandan Peleton atau setingkat.
  3. Memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan militer taktik, militer umum, dasar IPTEK dan memiliki pengetahuan profesi Teknik Elektro Pertahanan untuk pengembangan karier sebagai kader pemimpin.

  1. Program Studi Administrasi Pertahanan.
  1. Memiliki kemampuan dasar Administrasi Pertahanan sesuai dengan perannya dalam penugasan di lapangan.
  2. Mampu melaksanakan tugas profesi di lapangan sebagai seorang Komandan Peleton atau setingkat.
  3. Memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan militer taktik, militer umum, dasar IPTEK dan memiliki pengetahuan profesi Administrasi Pertahanan untuk pengembangan karier sebagai kader pemimpin.

  1. POLA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
  1. Tahap pembentukan sikap. Pada tahap ini Taruna diberikan pembekalan materi pembinaan mental rohani, mental ideologi dan mental kejuangan untuk membentuk sikap dan perilaku sebagai prajurit Saptamarga di dalam mengikuti pendidikan.
  2. Tahap pengisian.     Pada tahap ini Taruna diberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar Perwira yang dituangkan dalam kurikulum untuk membentuk  profesionalisme prajurit sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun pembekalan yang diberikan sebagai berikut :
  1. Pembekalan matra darat dasar. Lulusan Akademi Militer adalah Perwira Pejuang Saptamarga yang memiliki kemampuan teknik dasar profesi kematraan serta potensi ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu agar mampu mengembangkan karier selama pengabdiannya dan memiliki kualifikasi Profesi Kemiliteran serta kualifikasi Ilmu Umum Kesarjanaan bidang Pertahanan sehingga mampu menerapkan ilmu tersebut untuk memahami, menganalisis, dan menyelesaikan  masalah  pertahanan serta memiliki kemampuan analisis kualitatif dan kuantitatif serta penalaran yang kuat dan berpikir mandiri.
  2. Pembekalan  matra darat dasar lanjutan diberikan pada pendidikan dasar kecabangan.
  1. Tahap Pemantapan. Pada tahap ini Taruna diberikan pembekalan/ ceramah / OJT / KKN / Tugas Akhir untuk menambah kemampuannya sehingga dapat mengaplikasikan materi pelajaran yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas.

  1. Pembagian Jumlah SKS  dalam Kurikulum. Kurikulum yang digunakan dalam operasional pendidikan sebagai berikut :
    1. Tingkat-I (Capratar, Pratar dan Koptar) semester 1 dan 2. Pendidikan dasar keprajuritan (Chandradimuka) / pendidikan Integratif Taruna Akademi TNI ini diselenggarakan oleh Mako Akademi TNI, dan kurikulum pendidikan yang digunakan adalah berdasarkan Keputusan Danjen Akademi TNI. Jumlah SKS untuk pendidikan Integratif Taruna Akademi TNI adalah sebanyak 52 SKS.
    1.  Tingkat-II (Sertar) semester 3 dan 4, Tingkat-III (Sermadatar) semester 5 dan 6 serta Tingkat-IV (Sermatutar) semester 7 dan 8. Pendidikan dasar matra darat diselenggarakan oleh Akademi Militer pada semester 3 s/d 7 dan kurikulum pendidikan yang digunakan adalah berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat. Kurikulum Akademi Militer yang sudah melalui berbagai kajian, koordinasi dan pertimbangan serta uji teori, yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga dewan kurikulum TNI AD. Adapun penentuan program studi dengan hasil perumusan Kurikulum Akademi Militer, untuk Taruna mulai werving tahun 2007 sebagai berikut :
      1. Jumlah SKS untuk program studi Manajemen Pertahanan sebanyak 144 SKS, diikuti oleh Taruna Kecabangan Infanteri, Kavaleri dan Armed.
      2. Jumlah SKS untuk program studi Teknik Sipil Pertahanan sebanyak 144 SKS, diikuti oleh Taruna Kecabangan Czi.
      3. Jumlah SKS untuk program studi Teknik Mesin Pertahanan sebanyak 144 SKS, diikuti oleh Taruna Kecabangan Cpl dan Cpn.
      4. Jumlah SKS untuk program studi Teknik Elektro Pertahanan sebanyak 144 SKS, diikuti oleh  Taruna Kecabangan Chb dan Arhanud.
      5. Jumlah SKS untuk program studi Administrasi  Pertahanan sebanyak 144 SKS, diikuti oleh Taruna Kecabangan Cba, Cku, Caj, Cpm, Ctp dan Chk.
Catatan :
Apabila terjadi jumlah peserta didik kurang dari batas minimal pada suatu Korps diintegrasikan pada prodi terdekat pada rumpunnya tanpa menghilangkan makna dan kompetensi Korps masing-masing. Hal ini hanya persoalan Akademik bukan persoalan Korps.

  1. KUALIFIKASI LULUSAN
Keluaran pendidikan Akmil adalah Perwira TNI AD berpangkat Letnan Dua sesuai korps masing-masing yang berkemampuan dasar jabatan golongan VIII setingkat Komandan Peleton dan memiliki kualifikasi Akademis Program Diploma IV (D IV) Pertahanan dengan gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (SST Han)






KEGIATAN PENDIDIKAN

          Penyelenggaraan pendidikan di Akademi Militer menggunakan upaya pengajaran dan pengasuhan yang dilaksanakan secara simultan, serasi dan seimbang untuk membentuk dan membina kepribadian, intelegensia dan fisik peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan pengajaran dilaksanakan di kelas dan laboratorium dengan menggunakan metode yang praktis. Kegiatan latihan lapangan dilaksanakan secara terprogram, bertingkat, bertahap dan berlanjut sesuai dengan tingkatnya masing-masing.
           Pemantapan kemampuan dan keterampilan teknis keprajuritan perorangan dilaksanakan dalam Latihan Pramuka Yudha. bagi Taruna Tingkat tiga. Untuk memberikan bekal pengalaman kepemimpinan lapangan dan kerja sama antar kecabangan dalam operasi darat terpadu serta mengaplikasikan teknik dan taktik tingkat kesatuan kecil dilaksanakan Gladi Lapang Widya Yudha bagi Taruna tingkat tiga dan empat.
           Latihan Praja Bhakti merupakan kegiatan untuk mengenali problema sosial kemasyarakatan dan penghayatan kemanunggalan TNI-Rakyat yang dilaksanakan di daerah pedesaan. Dalam latihan ini, Taruna hidup bersama rakyat dan membantu rakyat melaksanakan pembangunan daerahnya. Kegiatan latihan terdiri dari : riset sosial, Karya Bhakti, Penyuluhan dan Pengenalan Akmil. Pengasuhan dilaksanakan secara ekstra kurikuler dengan tujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan serta memantapkan kepribadian, intelegensia dan jasmani Taruna guna memupuk jiwa kepemimpinan sebagai Calon Perwira TNI AD. Kegiatan pengasuhan ini diprogramkan sepanjang tahun Akademi dan pelaksanaannya dikendalikan serta diawasi oleh Resimen Taruna. Kegiatan Ekstra Kurikuler yang disediakan bagi Taruna sesuai dengan minat, bakat dan pilihannya sendiri, antara lain : Keagamaan, Olah Raga, Kesenian, Beladiri, Bahasa Asing dan Komputer/IT.
           Selain pendidikan yang bersifat kematraan, dilaksanakan kegiatan yang bersifat integrasi antar Taruna Akademi Angkatan dibawah supervisi Danjen Akademi TNI, terdiri dari :

          1.           Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka selama 1th
                        (berdasarkan Perpang/28/V/2008, tgl 12 Mei 2008).

          2.           Pekan Integrasi dan Kejuangan Taruna (PIKTAR).

          3.           Latihan Integrasi Taruna Dewasa Nusantara (LATSITARDANUS).

          4.           Upacara Prasetia Perwira.





LAMBANG AKADEMI MILITER
1.    Kadga (ponyard) terhunus tegak menghadap ke bawah bermakna setiap taruna memegang teguh disiplin, jujur, rela berkorban, penolong sesama tanpa mengutamakan kepentingan pribadi, berjiwa luhur dan selalu waspada sebagai Bhayangkara Negara.
2.    Bunga teratai, bermakna seorang prajurit yang selalu tumbuh, bersatu, menjadi dinamisator dan stabilisator masyarakat, mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan nasibnya kepada siapapun dan bertujuan mewujudkan keamanan dan kemakmuran yang abadi.
3.    Buku/kitab, melambangkan ketekunan dalam mencapai profesionalisme dan menyiapkan diri sebagai organisator dan pemimpin yang bijaksana.
4.    Setangkai melati berkuncup lima melambangkan taruna sebagai kuncup yang akan mekar, yang dengan jiwa Sumpah Prajurit akan menjadi pembela ideologi negara Pancasila.
5.    Setangkai padi berbuah tujuh bermakna berlandaskan Saptamarga bertujuan mencapai kemakmuran bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
6.    Melati dan padi masing-masing berseloka tiga, melambangkan tiga unsur dalam kehidupan yaitu : Purwo, Madyo, Wasono dan Niat, Tekad, Patrap yang berarti setiap kali kita melakukan tindakan harus penuh dengan pertimbangan serta dilandasi dengan tekad yang bulat dan penuh rasa tanggung jawab.
7.    Angka 1945 dan 1957 bermakna : Akademi Militer yang dibuka kembali oleh Presiden Republik Indonesia tahun 1957 merupakan kelanjutan dari Akademi Milter Yogyakarta yang dibuka tahun 1945, dan semangat juang, kepahlawanan, keprajuritan, beserta nilai-nilai '45 selalu akan diwarisi oleh para taruna Akademi Militer.
8.    Tulisan seloka yang berbunyi "ADHITAKARYA MAHATVAVIRYA NAGARA BHAKTI " yang mempunyai makna : Sebagai Ksatria yang rajin dan giat menuntut ilmu untuk diamalkan secara gagah berani dan bercita-cita luhur sebagai patriot bangsa.



LOKASI AKADEMI MILITER
Akademi Militer berada di kota Magelang, propinsi Jawa Tengah, dengan ketinggian 400 meter dari permukaan laut dan beriklim sejuk, yang dikelilingi oleh Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro dan Gunung Tidar. Akmil menempati tanah seluas 654,4493 Ha. yang terdiri dari Komplek Panca Arga, Ksatrian Akmil, Mess Sundoro, Mess Sumbing, Mess Merapi, Mess Dieng, Mess Kranggan, Kolam renang Pisangan, Daerah-daerah latihan Gending, Pendem, Plempungan, kaloran, Kopeng dan Gringsing (Kab. Batang).


Fasilitas - Fasilitas Pendidikan
barak
barak
Image Detail Image Download
lap tenis
lap tenis
Image Detail Image Download
main hall
main hall
Image Detail Image Download
maisonet
maisonet
Image Detail Image Download
museum
museum
Image Detail Image Download
nasution
nasution
Image Detail Image Download
paviliun
paviliun
Image Detail Image Download
perpustakaan
perpustakaan
Image Detail Image Download
rps
rps
Image Detail Image Download
sapta marga
sapta marga
Image Detail Image Download
tidar
tidar
Image Detail Image Download
lab bahasa
lab bahasa
Image Detail Image Download
lab fisika
lab fisika
Image Detail Image Download
lab internet
lab internet
Image Detail Image Download
lab kimia
lab kimia
Image Detail Image Download
lab komputer
lab komputer
Image Detail Image Download


sumber:www.akmil.ac.id