SEJARAH KAVALERI INDONESIA
Embrio Kavaleri Angkatan Darat mulai timbul selama perang kemerdekaan. Pertempuran di Surabaya pada bulan Nopember 1945 yang melibatkan beberapa pemuda Indonesia diantaranya pemuda Soebiantoro yang dikemudian hari menjabat sebagai Danpussenkav. Pada saat itu para pejuang telah menggunakan beberapa Ranpur Panser hasil rampasan dari Jepang, Belanda dan Inggris untuk melawan tentara Sekutu.
Kendaraan tempur hasil rampasan
tersebut telah digunakan di beberapa daerah antara lain pada akhir
Desember 1949 di Palembang dan awal tahun 1950 di Pulau Jawa dan Medan.
Didorong oleh semangat, tekad dan cita-cita yang kuat untuk
mempertahankan kemerdekaan, meskipun hanya menggunakan alat peralatan
yang serba terbatas, para pemuda menggabungkan Ranpur hasil rampasan
perang untuk membentuk organisasi satuan berlapis baja.
Selanjutnya pimpinan Angkatan Darat
pada saat itu mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan organisasi satuan
lapis baja, dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat nomor : 5
/ KSAD / Pntp / 50 tanggal 9 Pebruari 1950 tentang pembentukan
satuan Berlapis Baja. Oleh karena itu maka pada tanggal 9 Pebruari 1950
ditetapkan sebagai hari jadi Kavaleri.
PERKEMBANGAN
ORGANISASI KAVALERI
Periode 1950 - 1955.
Proses awal pembentukan Kavaleri
diawal tahun 1950, satuan Kavaleri dibentuk dengan nama Komando Pasukan
Berlapis Baja dibawah pimpinan Letkol Kav KGPH Soerjo Soejarso membawahi
4 eskadron Kavaleri di Bandung, Magelang, Palembang dan Medan. Eskadron
Kavaleri tersebut dilengkapi dengan alat tempur utama
kendaraan-kendaraan tempur ex KNIL berupa Ford Link, Humber Scout, Otter
Body Car, Universal Carrier dan Stuart.
Pada tanggal 21 April 1952 ditetapkan berdirinya
Inspektorat Kavaleri yang mengalami perkembangan pada tahun 1954 dengan
pembentukan 7 Eskadron Kavaleri sebagai berikut :
- Inspektorat Kavaleri di Bandung.
- Pusat pendidikan Kavaleri di Bandung.
- Eskadron Kavaleri 1 di Padalarang di bawah Panglima TT III / Siliwangi.
- Eskadron Kavaleri III di Magelang di bawah Panglima TT IV / Diponegoro
- Eskadron Kavaleri IV di Palembang di bawah Panglima TT II / Sriwijaya.
- Eskadron Kavaleri V di Medan dibawah Pimpinan TT I / Bukit Barisan.
- Eskadron Kavaleri A di Malang di bawah Panglima TT V / Brawijaya.
- Eskadron Kavaleri B di Bandung di bawah Panglima TT III / Siliwangi.
- Eskadron Kavaleri Berkuda di Parongpong.
Dengan peralatan yang terbatas, namun
dengan semangat yang tinggi satuan Kavaleri Angkatan Darat terlibat
dalam operasi menumpas pemberontakan di daerah-daerah, antara lain :
- Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen Jawa Tengah.
- Merapi Merbabu Compleks (MMC) di Jawa Tengah.
- Republik Maluku selatan (RMS) di Maluku.
- DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh dan Sulawesi Selatan.
- PRRI/Permesta di Sumbar dan Sulut.
Pada tanggal 7 Juni 1956 diadakan
perubahan organisasi dari Inspektorat Kavaleri menjadi Pusat Kavaleri
sesuai dengan Surat Keputusan Kasad nomor : Kpts/78/6/1956 tanggal 7
Juni 1956.
Periode 1958 -
1965.
Pada periode ini
terjadi perubahan organisasi di lingkungan TNI AD termasuk
Kesenjataan Kavaleri dimana Pusat Kavaleri dirubah menjadi Pusat
Kesenjataan Kavaleri sesuai dengan Surat Keputusan Men /
Pangad nomor : Kpts / 1588 / 11 / 1962 tanggal 16 Nopember
1962.
Demikian
pula Eskadron Kavaleri divalidasi menjadi Batalyon Kavaleri yaitu :- Eskadron Kavaleri 1 menjadi Batalyon Kavaleri I di Padalarang.
- Eskadron Kavaleri “ B ” menjadi Batalyon Kavaleri 4 di Bandung.
- Eskadron Kavaleri IV menjadi Batalyon Kavaleri di 5 di Palembang.
- Eskadron Kavaleri Berkuda menjadi Resimen Kavaleri Berkuda.
Disamping itu juga diadakan
pembentukan 2 Batalyon baru yaitu Yonkav-7/Sersus dan Yonkav-8 / Tank
kemudian Yonkav-9/ Penyerbu dan Denkav Ujung Pandang sebagai embrio
untuk pembentukan Batalyon Kavaleri 10.
Periode 1965-1980.
Satuan-satuan
Kavaleri banyak yang dilibatkan dalam penumpasan pemberontakan G.30.S /
PKI.- Brigade Kavaleri 1/Limpung Alugoro dibawah pimpinan Letkol Kav R. Wing Wiryawan bergerak dari Bandung ke Jakarta dan Jawa Tengah untuk menyelamatkan Ibukota dan wilayah lainnya dari pemberontakan.
- Yonkav-2/Serbu di Magelang telah berhasil menguasai kota Semarang dari tangan pemberontak.
- Yonkav-3/Serbu di Malang berhasil menguasai daerah Blitar Selatan yang dijadikan basis pemberontakan PKI.
Di bidang organisasi dalam periode
ini merupakan periode pemantapan dalam rangka mendukung konsep
pengembangan kekuatan Kavaleri Angkatan Darat. Di bawah pimpinan Brigjen
TNI R.B. Soewito dicanangkan gagasan pengembangan Kavaleri yang dikenal
dengan proyek “Giling Wesi” antara lain dengan dibentuknya Yonkav 10
Dam XIV/Hasanuddin pada tahun 1975.
Periode 1980-1990.
Periode ini ditandai dengan
adanya proyek Beta yaitu pengadaan Ranpur antara lain AMX-13/105
sebanyak 100 unit untuk menggantikan Ranpur AMX-13/75 Kostrad dan
direncanakan untuk pengisian Batalyon Kavaleri Kewilayahan. Pada saat
itu Pusat Kavaleri di bawah pimpinan Brigjen TNI Haryono P. (Alm). Pada
periode itu pula Brigkav / Kostrad tepatnya pada tahun 1985 telah
dilikuidasi berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor : Skep/ 220 /
III/1985 tanggal 18 Maret 1985 dan unsur manuvernya dimasukkan ke Divisi
Kostrad dan Kodam Jaya.
- Yonkav 1/Tank menjadi organik Divif 1/ Kostrad.
- Yonkav 8/Tank menjadi organik Divif 2/ Kostrad.
- Yonkav 9/Penyerbu menjadi organik Brigif 1/JS Kodam Jaya.
Berdasarkan Skep kasad nomor :
Skep/26a/V/1985 tanggal 27 Mei 1985, Pusat Kavaleri (Puskav)
direorganisasi menjadi Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) yang
semula dibawah Kobangdiklat menjadi Badan pelaksana Pusat Pembina teknis
Kecabangan langsung dibawah Kasad. Demikian juga Pasinkavkud
divalidasi menjadi Sekavkud di bawah Pusdikkav. Pada periode ini pula
pada tahun 1984 dilakukan pengadaan Ranpur Co. Scout dan Co. Ranger dari
Amerika Serikat.
Periode 1990-2001.
a. Bidang
materiil. Pada periode ini dilakukan proses memperpanjang usia
Ranpur aset lama (konservasi) melalui rekondisi, repowering ataupun
retrofitting. Pada tahun 1995-1997, dilakukan pengadaan Ranpur Tank
Scorpion dan Stormer dari Inggris serta Panser VAB-NG dan juga Ranpur
Panser Panhard VBL dari Perancis.
b.
Bidang Organisasi.-
- Pengembangan organisasi di lakukan dengan pembentukan 2 Denkav di Kodam VI/Tanjungpura dan 1 embrio Denkav di Kodam XVII/Trikora yang dilengkapi dengan Ranpur BTR, Saladin dan Ferret hasil repowering yaitu :
- Denkav - 1 Dam VI /Tpr dibentuk pada bulan September 1996.
- Denkav - 2 Dam VI / Tpr dibentuk pada bulan Maret 1997.
- Embrio Denkav - 3 Dam XVII/ Tkr dibentuk pada bulan September 1997.
-
- Berdasarkan keputusan Kasad nomor : Kep/7/V/2000 tanggal 26 Mei 2000 Yonkav Serbu di Validasi menjadi Yonkav Tank dan Kikavser BS dan Keputusan Kasad nomor : Kep / 8 / V / 2000 Yonkav-7/Sersus di Validasi menjadi Yonkavser, realisasinya menunggu kebijaksanaan lebih lanjut.
- Berdasarkan Keputusan Kasad nomor : Kep /21/VI/ 1999 tanggal 18 Juni 1999. Struktur organisasi Pusdikkav yang semula dibawah Pussenkav beralih Komando dibawah Kodiklat Angkatan Darat. Dampak dari perubahan tersebut, Sekavkud tidak lagi berada dibawah Pusdikkav sehingga dimasukkan kedalam struktur organisasi Pussenkav dengan nama Denkavkud sesuai Keputusan Kasad nomor : Kep/9/ V/2000 tanggal 26 Mei 2000.
- Berdasarkan Skep Kasad nomor : Skep/ 1/I/2001 tanggal 16 Januari 2001 Tonkavsus Paspamvip Dam IX / Udy divalidasi menjadi Kikavser Denkav-4 Dam IX/Udy.
a. Bidang
materiil. Pada periode ini dilakukan proses penataan Ranpur
ke Satuan-satuan Kavaleri dalam pulau Jawa sebanyak 130 unit dan
pengadaan 32 unit Panser VAB-NG buatan Perancis untuk penugasan pasukan
penjaga perdamaian Garuda XXIII-A / UNIFIL di Libanon.
b.
Bidang Organisasi.-
- Berdasarkan Surat Perintah Kasad nomor : Sprin/1600/X/2004 tanggal 4 Oktober 2004 struktur organisasi Pussenkav yang semula dibawah Mabesad beralih Komando dibawah Kodiklat TNI AD. Pusdikkav yang semula dibawah Kodiklat TNI AD beralih Komando dibawah Pussenkav.
- Berdasarkan Surat Keputusan Kasad nomor : Skep/374/X/2005 tanggal 24 Oktober 2005 tentang penyesuaian organisasi dan tugas Yonkav Serbu dan alih Kodal Kikavser jajaran Kodam III/Slw, Kodam IV/Dip dan Kodam V/Brw maka :
- Yonkav-2/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-2/Tank dan Kikavser-2/BS.
- Yonkav-3/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-3/Tank dan Kikavser-3/BS.
- Yonkav-4/Serbu divalidasi menjadi Yonkav-4/Tank dan Kikavser-4/BS.
-
- Pengembangan Organisasi dilakukan dengan pembentukan 1 Yonkav, 2 Denkav dan 2 Kikavser yaitu :
- Denkav-5 Dam XVI / PTM dibentuk pada bulan Pebruari 2005.
- Yonkav-11 Dam IM dibentuk pada bulan Mei 2005.
- Denkav-3 Dam XVII/TKR pada bulan Oktober 2005.
- Kikavser Dam I/BB Pekanbaru pada bulan Juli 2006.
- Kikavser Dam VII/WRB Manado pada bulan Juli 2006.
Pada periode tahun 2007, Badan Usaha
Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) PT. Pindad diberikan otoritas
untuk memproduksi Alutsista Ranpur dengan mengadopsi jenis Ranpur VAB
yang telah dimiliki. Pada tahun 2009, PT. Pindad telah berhasil membuat
Ranpur jenis Panser yang kemudian diberi nama Ranpur APS Anoa (6x6) yang
didistribusikan kepada TNI AD melalui beberapa tahap. Sampai dengan
saat ini Kavaleri TNI AD telah memiliki Ranpur Panser APS Anoa (6x6)
sejumlah 39 unit dengan teknologi yang cukup modern.
Periode tahun 2011 – Sekarang.Berdasarkan kebijakan pimpinan TNI AD TA.2011 tentang program modernisasi Alutsista bagi satuan TNI AD, maka pembelian Tank MBT Leopard direncanakan akan memperkuat Alutsista Kavaleri TNI AD. Pada tanggal 30 Januari s.d 4 Februari 2012 Wakasad selaku pimpinan Tim dari delegasi Indonesia bersama Danpussenkav Kodiklat TNI AD Brigjen TNI Purwadi Mukson S.IP, melaksanakan kunjungan ke Negara Belanda dalam rangka proses negosiasi dan pengecekan kondisi Ranpur Tank MBT Leopard yang ditawarkan oleh Pemerintah Negara Belanda.
Pada tanggal 3 s.d 7 Juli 2012
dilaksanakan peninjauan langsung ke Negara Principal (Jerman) oleh
Wakasad dan Danpussenkav Kodiklat TNI AD guna melakukan penawaran Ranpur
MBT Leopard 2 dari Krauss Maffei Wegman GmbH (KMW) dan Rheinmetall
Landsysteme GmbH (Rheinmetall).
Pada tanggal 26 Juli 2012 Kasad
memutuskan pembelian Tank MBT Leopard 2 RI dari Jerman dan klarifikasi
langsung kepada pihak Rheinmetall Landsysteme GmbH. Adapun jenis-jenis
Tank yang akan dibeli adalah Leopard 2 RI sejumlah 61 unit, MBT Leopard
2A4 sejumlah 42 unit, Tank Recovery Buffalo ARV3 sejumlah 4 unit, Tank
AVLB Biber sejumlah 3 unit, Tank Engineering AEV Dachs sejumlah 3 unit,
Driver Trg Tank Leopard 2 sejumlah 1 unit, Tank KO, Tank Logistic, Tank
APC, Tank Ambulance dan Tank Komob (Tank Marder) sejumlah 50 unit, Tank
Transforter sejumlah 2 unit dan Tank Instruction (Training) sejumlah 1
unit.
Selain itu program modernisasi
Alutsista Kavaleri TNI AD juga dilakukan dengan pengadaan Ranpur
”TARANTULA” Panser Kanon buatan Korea sejumlah 22 unit yang dilengkapi
dengan Turret CSE90 dan Senjata Kanon 90 mm MK3M-A1 Cockerill.
PERKEMBANGAN ALUTSISTA KAVALERI TERBARU
Modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD
Guna
meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD, tidak ada
cara lain kecuali melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki
teknologi kelas dunia.
Meningkatkan Kemampuan Tri Daya
Cakti
Oleh : Brigadir Jenderal TNI
Purwadi Mukson, S.IP (Danpussenkav)
Sejalan dengan penggunaan Alutsista berteknologi tinggi, Pussenkav dalam mendukung kepentingan strategis pertahanan senantiasa berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sistem senjata satuan Kavaleri negara-negara maju termasuk yang dimiliki oleh negara tetangga, serta berupaya menciptakan keseimbangan daya tempur relatif yang salah satunya dengan menyusun Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya, sebagaimana yang disampaikan Presiden SBY dalam Keynote Speech dan acara seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Oleh karena itu, modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan kebutuhan mutlak dan mendesak untuk menambah kekuatan pokok minimalnya dengan tidak mengurangi kemampuan Tri Daya Cakti yang sudah melekat sejak dulu.
Sebagai
salah satu kecabangan pokok TNI AD, satuan Kavaleri memiliki tugas
pokok menyelenggarakan pertempuran darat dengan menggunakan kendaraan
tempur dan atau kuda militer sebagai peralatan utamanya yang bercirikan
Tri Daya Cakti (Tiga Kekuatan Ampuh) yaitu Daya Tembak (Fire Power),
Daya Gerak (Mobility), dan Daya Kejut (Perpaduan daya tembak dan
daya gerak).
Sejalan dengan penggunaan Alutsista berteknologi tinggi, Pussenkav dalam mendukung kepentingan strategis pertahanan senantiasa berupaya mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sistem senjata satuan Kavaleri negara-negara maju termasuk yang dimiliki oleh negara tetangga, serta berupaya menciptakan keseimbangan daya tempur relatif yang salah satunya dengan menyusun Rencana Strategis Membangun Postur Kavaleri TNI AD dan Pengembangan Organisasi menuju Minimum Esential Force (MEF) guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Caktinya, sebagaimana yang disampaikan Presiden SBY dalam Keynote Speech dan acara seminar di Seskoad tanggal 19 September 2008 mengatakan “Kita harus mempunyai Arm Force yang cukup dan kita harus mempunyai prinsip Minimum Essential Force dalam anggaran kita”. Oleh karena itu, modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan kebutuhan mutlak dan mendesak untuk menambah kekuatan pokok minimalnya dengan tidak mengurangi kemampuan Tri Daya Cakti yang sudah melekat sejak dulu.
Latar Belakang
Saat
ini kekuatan Ranpur Kavaleri TNI AD masih jauh dari yang diharapkan
dihadapkan pada tantangan tugas yang diemban satuan Kavaleri. Pada
umumnya Ranpur yang dimiliki satuan Kavaleri merupakan tipe tank ringan
(light tank). Bila dibandingkan dengan Ranpur yang dimiliki
beberapa
negara di kawasan Asia tenggara sebagaimana peta kekuatan tersebut di
bawah ini, maka imbangan daya tempur relatif (kesetaraan) Satuan
Kavaleri TNI AD jauh di bawah rata-rata negara-negara di Asia Tenggara.
Dari gambaran varian tersebut di atas, maka harus jujur diakui bahwa implementasi Doktrin Kavaleri TNI AD yang dijabarkan kedalam fungsi utama satuan Kavaleri TNI AD yaitu melaksanakan fungsi penggempur dan fungsi pengamanan belum mampu dilaksanakan secara optimal. Mengingat untuk mampu melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), maka spesifikasi Ranpur yang dibutuhkan adalah yang mampu menghancurkan tank lawan dengan senjata utamanya kanon kaliber besar > 105 mm yang hanya di miliki oleh ranpur kelas sedang dan berat, sementara Ranpur Kavaleri TNI AD saat ini hanya type tank ringan. Demikian pula untuk melaksanakan fungsi pengamanan, disamping dibutuhkan Ranpur kelas ringan untuk tugas-tugas pengamanan tetap dibutuhkan Ranpur kanon dari kelas sedang dengan kaliber 90 mm atau 105 mm.
Dengan demikian parameter kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri baik sejak dulu dan untuk kedepan sangat dipengaruhi oleh kondisi Alutsista yang akan mengisi organisasi satuan kavaleri TNI AD sesuai fungsi utama sebagai fungsi penggempur dan sebagai fungsi pengamanan. Oleh karenanya ke-bijaksanaan modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan hal yang tepat dengan memenuhi kebutuhan TNI AD dengan Ranpur kelas berat, sehingga kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri TNI AD menjadi setara dengan Ranpur Kavaleri negara-negara tetangga.
Dari gambaran varian tersebut di atas, maka harus jujur diakui bahwa implementasi Doktrin Kavaleri TNI AD yang dijabarkan kedalam fungsi utama satuan Kavaleri TNI AD yaitu melaksanakan fungsi penggempur dan fungsi pengamanan belum mampu dilaksanakan secara optimal. Mengingat untuk mampu melaksanakan fungsi penggempur (doktrin tank lawan tank), maka spesifikasi Ranpur yang dibutuhkan adalah yang mampu menghancurkan tank lawan dengan senjata utamanya kanon kaliber besar > 105 mm yang hanya di miliki oleh ranpur kelas sedang dan berat, sementara Ranpur Kavaleri TNI AD saat ini hanya type tank ringan. Demikian pula untuk melaksanakan fungsi pengamanan, disamping dibutuhkan Ranpur kelas ringan untuk tugas-tugas pengamanan tetap dibutuhkan Ranpur kanon dari kelas sedang dengan kaliber 90 mm atau 105 mm.
Imbangan daya tempur Satuan Kavaleri TNI AD dengan negara tetangga |
Dengan demikian parameter kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri baik sejak dulu dan untuk kedepan sangat dipengaruhi oleh kondisi Alutsista yang akan mengisi organisasi satuan kavaleri TNI AD sesuai fungsi utama sebagai fungsi penggempur dan sebagai fungsi pengamanan. Oleh karenanya ke-bijaksanaan modernisasi Alutsista Kavaleri TNI AD merupakan hal yang tepat dengan memenuhi kebutuhan TNI AD dengan Ranpur kelas berat, sehingga kemampuan Tri Daya Cakti satuan Kavaleri TNI AD menjadi setara dengan Ranpur Kavaleri negara-negara tetangga.
Babak Baru Sistem Pertahanan
Matra Darat
Pengadaan
Alutsista TNI AD merupakan babak baru sistem pertahanan matra darat di
Indonesia sejalan dengan perkembangan teknologi sistem persenjataan yang
dimiliki oleh negara-negara di dunia dengan didukung oleh kondisi
perekonomian Indonesia yang semakin baik. Pengadaan Alutsista TNI AD
termasuk tank kelas berat untuk satuan Kavaleri TNI AD bukan dimaksudkan
dalam konteks “balancing of power” tetapi untuk mendapatkan
kesetaraan
dalam diplomasi militer.
Pertimbangan strategis lainnya bahwa dengan diakuisisinya Ranpur MBT, jelas akan meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD dalam menjalankan doktrin “tank lawan tank” dimana dengan kanon kaliber 120 mm akan memiliki kemampuan daya gempur (fire power) yang sangat dahsyat didukung oleh kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan aspek daya kejut yang dahsyat pula. Dapat mengembangkan taktik dan strategi baru baik untuk menyerang maupun bertahan serta mampu meningkatkan kemampuan daya tangkal (deterent effect). Disisi lain dengan dimilikinya Ranpur kelas MBT akan meningkatkan moral prajurit terutama apabila terjadi perang dan meningkatkan daya gentar bagi pihak lawan.
MBT Leopard 2A6 yang direncanakan akan mengisi Satkav TNI AD kedepan |
Pertimbangan strategis lainnya bahwa dengan diakuisisinya Ranpur MBT, jelas akan meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD dalam menjalankan doktrin “tank lawan tank” dimana dengan kanon kaliber 120 mm akan memiliki kemampuan daya gempur (fire power) yang sangat dahsyat didukung oleh kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan aspek daya kejut yang dahsyat pula. Dapat mengembangkan taktik dan strategi baru baik untuk menyerang maupun bertahan serta mampu meningkatkan kemampuan daya tangkal (deterent effect). Disisi lain dengan dimilikinya Ranpur kelas MBT akan meningkatkan moral prajurit terutama apabila terjadi perang dan meningkatkan daya gentar bagi pihak lawan.
Pengadaan Tank Leopard bagi
TNI AD
Untuk
melengkapi tulisan ini diinformasikan pentingnya Satuan Kavaleri TNI AD
memiliki Ranpur Kelas MBT (Main Battle Tank) yang merupakan
bagian dari
modernisasi Alutsista TNI AD. Ranpur MBT yang mempunyai persenjataan
utama Kanon kaliber 120 - 125 mm, dilengkapi senjata pendukung Coaxial
12,7 mm serta dapat dilengkapi dengan Rudal ATGM (Anti Tank Laser
Guided
Missile), sistem penembakan telah dilengkapi dengan LRF (Laser
Range
Finder) yang dapat melihat siang dan malam (thermal system),
dilengkapi
stabilizer sehingga mampu menembak dalam posisi bergerak (moving)
serta
memiliki daya akurasi yang maksimal. Kemampuan lindung lapis baja mampu
menahan tembakan senjata kanon 40 mm yang tidak dimiliki oleh Ranpur
tank kelas medium maupun tank ringan.
Sebagai perbandingan Tank Leopard 2A6 dengan bobot 62,5 Ton tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² (sekitar 14,1 Psi), sedangkan Toyota Kijang dengan bobot 1,650 Ton ternyata tekanan jejaknya 2.331 kg/cm² (sekitar 33,1 Psi).
Namun demikian bukan berarti MBT sekalipun sekelas Leopard 2A6 sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sukar. Kemungkinan tersebut tetap ada, tentunya sudah diperhitungkan meskipun dioperasionalkan oleh pengemudi Ranpur yang andal sekalipun. Guna mengatasi medan-medan sukar termasuk kemampuan jembatan yang disebabkan karena konstruksi yang meragukan, maka dilengkapi dengan Ranpur pendukung seperti Ranpur recovery (Armored Recovery Vehicle) dan Ranpur Jembatan/AVLB (Armoured Vehicle Launching Bridge).
Sehubungan
rencana Ke-menterian Pertahanan akan dilengkapinya Satuan Kavaleri TNI
AD dengan tank sekelas MBT (Tank Leopard), banyak pengamat militer
bahkan para senior dari Purnawirawan yang mengomentari bahwa penggunaan
Ranpur Kelas Berat merupakan kebijaksanaan yang keliru serta tidak cocok dengan
kondisi geografis di wilayah Indonesia, yang lebih cocok adalah tank
kelas ringan. Pendapat-pendapat tersebut kurang tepat, mengingat
beberapa negara tetangga yang kondisi geografisnya sama dengan Indonesia
saat ini juga menggunakan MBT apalagi prasarana infrastruktur Indonesia
saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum tahun 80-an.
Dikarenakan Indonesia merupakan
Negara Kepulauan, maka para senior kavaleri jauh sebelumnya telah
membagi Type Ranpur menjadi 3 (tiga) kelas yaitu kelas ringan, sedang/medium
dan berat.
Adapun keraguan bahwa kontur tanah di Indonesia tidak mampu menahan beban Tank Leopard yang memiliki bobot tempur 62,5 Ton, bukanlah pendapat yang dapat dibenarkan. Mengingat bahwa tank bergerak menggunakan roda rantai (track) yang sudah didesain sedemikian rupa didukung oleh kemampuan mesin yang sudah diperhitungkan, sehingga tidaklah aneh apabila tank tetap mampu bergerak lincah sekalipun di medan berlumpur. Penghitungan tersebut dapat diukur dengan mengunakan Ilmu Fisika terkait perhitungan beban/tekanan jejak yang dikenal dengan istilah “ground pressure”.
Adapun keraguan bahwa kontur tanah di Indonesia tidak mampu menahan beban Tank Leopard yang memiliki bobot tempur 62,5 Ton, bukanlah pendapat yang dapat dibenarkan. Mengingat bahwa tank bergerak menggunakan roda rantai (track) yang sudah didesain sedemikian rupa didukung oleh kemampuan mesin yang sudah diperhitungkan, sehingga tidaklah aneh apabila tank tetap mampu bergerak lincah sekalipun di medan berlumpur. Penghitungan tersebut dapat diukur dengan mengunakan Ilmu Fisika terkait perhitungan beban/tekanan jejak yang dikenal dengan istilah “ground pressure”.
MBT Leopard 2A6 mampu melintasi tanah yang lembek dan berlumpur |
Sebagai perbandingan Tank Leopard 2A6 dengan bobot 62,5 Ton tekanan jejaknya hanya 0.9941 kg/cm² (sekitar 14,1 Psi), sedangkan Toyota Kijang dengan bobot 1,650 Ton ternyata tekanan jejaknya 2.331 kg/cm² (sekitar 33,1 Psi).
Namun demikian bukan berarti MBT sekalipun sekelas Leopard 2A6 sama sekali tidak bisa terjebak dalam medan yang sukar. Kemungkinan tersebut tetap ada, tentunya sudah diperhitungkan meskipun dioperasionalkan oleh pengemudi Ranpur yang andal sekalipun. Guna mengatasi medan-medan sukar termasuk kemampuan jembatan yang disebabkan karena konstruksi yang meragukan, maka dilengkapi dengan Ranpur pendukung seperti Ranpur recovery (Armored Recovery Vehicle) dan Ranpur Jembatan/AVLB (Armoured Vehicle Launching Bridge).
Mengapa Tank
Leopard-2 menjadi pilihan Kavaleri TNI AD
Mengakhiri tulisan ini dapat disimpulkan bahwa guna meningkatkan kemampuan Tri Daya Cakti Satuan Kavaleri TNI AD adalah tidak ada cara lain yaitu melalui upaya modernisasi Alutsista yang memiliki teknologi kelas dunia. Pemilihan MBT Leopard-2A6 buatan Jerman merupakan pilihan yang tepat baik dalam rangka meningkatkan imbangan daya tempur relatif sekaligus mempercepat proses kemandirian industri strategis. Selamat datang MBT di jajaran Satuan Kavaleri TNI AD ”Jaya dimasa perang berguna dimasa damai”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar