Kamis, 15 Januari 2015

Waspadai "Proxy War"


Peran Media Sangat Strategis Dalam Menghadapi Ancaman Proxy War

Peran Media Sangat Strategis Dalam Menghadapi Ancaman Proxy War

Proxy War merupakan perang dimana satu pihak menggunakan pihak ketiga dengan menyerang berbagai aspek kehidupan baik secara Politik, Ekonomi, Sosbud dan Hankam serta bidang lainnya. Dalam Proxy War tidak bisa dilihat siapa lawan dan siapa kawan serta dilakukan oleh non state (bukan negara). Oleh karenanya peran media sangat strategis dalam menghadapi ancaman proxy war tersebut.
Hal tersebut disampaikan Kadispenad, Kolonel Wuryanto, S.Sos, M.Si pada acara silaturahmi Kadispenad dengan Wartawan Liputan TNI AD di Media Center, Dispenad, Jakarta, beberapa saat yang lalu.
Dalam menghadapi Proxy War ini, Kadispenad mengungkapkan peran media sangat menentukan untuk menjaga tetap utuhnya NKRI melalui andilnya dalam memberikan informasi melalui tulisan dan kata-kata yang mendorong semangat dan rasa nasionalisme kepada mayarakat khususnya generasi muda. Media juga bisa berperan menjadi alat pemersatu bangsa dengan mengajak para generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan bangsa yang lebih baik.
Menurut Kadispenad, Indonesia yang terletak di khatulistiwa merupakan negara kaya yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang besar, memiliki ekonomi yang kuat. Tetapi mampukah kita untuk menjaga Sumber Daya Alam ini untuk masa mendatang karena kebutuhan akan SDA khususnya energy semakin besar seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat.
Banyak negara asing yang ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi sasaran dari negara-negara yang kurang memiliki SDA untuk menguras kekayaan alam dari Indonesia. Sehingga ketenteraman masyarakat selalu diusik dengan beragam gejolak yang mengarah ke instabilitas kondisi sosial ekonomi. Hal ini merupakan kekhawatiran kita semua dalam menghadapi masa depan bangsa.
Sebagai contoh Kadispenad menjelaskan pisahnya Timor Timur dari Indonesia tidak lepas dari kepentingan penguasaan energi minyak di daerah tersebut dan juga adanya demo buruh yang terus menerus meminta tuntutan dengan cara intimidasi.
Dalam acara silaturrahmi tersebut, yang dihadiri oleh staf Dispenad dan wartawan baik dari media cetak, elektronik maupun online, sebagai Kadispenad yang baru, beliau juga memperkenalkan diri dan berharap kehadirannya dapat diterima di lingkungan media dan dapat menjalin hubungan kerja yang baik untuk memberikan informasi sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Rabu, 14 Januari 2015

"MBT" Penguat Benteng NKRI.

“LEOPARD” Lapis Baja Penjaga Negara

Tuesday, April 8th, 2014 @ 2:15PM
Kewibawaan suatu negara sangat bergantung pada kekuatan militernya, tanpa bermaksud mengesampingkan aspek-aspek lain tentunya. Kekuatan militer ini bisa terwujud jika didukung oleh komposisi Alutsista yang modern dan canggih. Hal itulah yang terus dikembangkan oleh TNI AD untuk mewujudkan TNI AD yang kuat dan disegani oleh negara lain. Setelah lebih dari 65 tahun merdeka, TNI AD akhirnya diperkuat oleh main battle tank (MBT) atau tank tempur utama. Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia termasuk negara terakhir yang memiliki MBT. Kalah jauh dibanding dengan negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Walaupun tertinggal, kita patut berbangga karena MBT yang dipesan memiliki spesifikasi tercanggih dibanding yang dimiliki negara-negara Asia Tenggara.
Sebanyak 103 MBT Leopard eks Angkatan Darat Jerman telah dipesan oleh Kementrian Pertahanan untuk memperkuat satuan Kavaleri TNI AD. Tank yang dipesan terdiri dari 42 Leopard 2A4 dan 61 Leopard Revolution RI (nama RI disematkan sesuai spesifikasi pesanan khusus Indonesia). Tank-tank tersebut rencananya akan ditempatkan dibeberapa satuan Kavaleri sebagai berikut: Yonkav 1/Kostrad (13 Leopard 2A4 & 28 Leopard 2 RI), Yonkav 8/Kostrad (28 Leopard 2A4 & 13 Leopard 2 RI), Pusdikkav (3 Leopard 2 RI & 1 Leopard 2A4), Kikav CAMB (13 Leopard 2 RI) dan Kikav Puslatpur (4 Leopard 2 RI)
Banyak pihak yang mempertanyakan, apakah kendaraan lapis baja seberat lebih dari 60 ton ini akan merusak jalan dan jembatan di Indonesia ketika bermanuver? Kekhawatiran berbagai pihak ini terjawab setelah kita mempelajari spesifikasi dari MBT Leopard ini. Meskipun mempunyai berat 60 ton, tekanan jejak di tanah hanya 0,8 kg/cm² atau 8,9 ton/m². Jika dibandingkan dengan tank-tank ringan yang sudah dipunyai oleh TNI AD saat ini, yaitu AMX-13 dan Scorpion, tekanan jejaknya relatif sama. Dengan tekanan jejak tersebut, tank ini memenuhi syarat untuk lewat jalan kelas I dan II yang berspesfiikasi tekanan jejak ±10 ton. Sementara ketika melewati jembatan, beban terbagi rata tank adalah ±2.38 kNm². Pada umumnya jembatan di Indonesia mampu menahan beban terbagi rata 4.46 kN/m² untuk jembatan dengan lebar 6 meter dan panjang 40 meter. Untuk urusan medan off road, Leopard mampu mengarungi medan berlumpur dan sungai dengan kedalaman kurang dari 4 meter.
Masuk ke dalam sistem persenjataan, Leopard pesanan TNI AD dilengkapi meriam utama Rheinmetall L55 kaliber 120 mm smoothbore gun. Tank ini mampu membawa 42 buah munisi meriam. 15 buah sudah terisi di dalam sistem senjata dan dapat ditembakkan secara otomatis, sedangkan sisanya harus diisikan secara manual. Tank juga dilengkapi dengan senapan mesin ringan MG3A1 kaliber 7,62 mm. Senjata ini dapat ditembakkan dengan kendali remote control sehingga prajurit tidak perlu muncul keluar untuk melakukan penembakan dan keselamatan pun lebih terjamin.
Untuk urusan dapur pacu, sebuah mesin MTUMB 873 Ka-501 liquid cooled V12 Twin Turbo Diesel bercokol dalam body tank. Mesin ini mampu menyemburkan tenaga 1.500 tenaga kuda pada 2600 RPM. Daya jelajahnya pun tidak sembarangan. Dengan bekal 1.200 liter solar di tangki, “si macan tutul” ini mampu menjelajah sampai 550 km dengan kecepatan maksimal 72 km/jam.
Untuk urusan proteksi terhadap serangan senjata lawan, tank ini dilapisi dengan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP) yang terdiri dari material nanokeramik terbaru, modern titanium dan baja alloy. Paket proteksi anti ranjau pun disematkan. Karena sifatnya modular atau bisa dilepas, komposisi lapisan tergantung pesanan disesuaikan dengan penggunaannya, apakah menangkis serangan rocket-propelled grenade (RPG) atau improvised explosive device (IED). Sifat modular ini juga sangat memudahkan dalam penggantian lapisan yang rusak akibat serangan senjata lawan. Fitur-fitur proteksi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keselamatan crew yang terdiri dari komandan, pengemudi, penembak dan pembantu penembak.
Semoga dengan kedatangan MBT ini TNI AD kita akan semakin disegani dan tidak diremehkan oleh negara-negara lain. Alutsista yang semakin canggih pun diharapkan dapat menjadi suntikan moril para prajurit dalam bertugas. Akhir kata, negara yang mau mencoba-coba mengusik kedaulatan NKRI pun dapat membuang jauh-jauh niatnya. Salam pertahanan. (MH)